Auditorium Universitas PGRI Yogyakarta mendadak berubah menjadi arena eksperimen pendidikan pada Kamis, 27 November 2025. Di tengah riuh perayaan Hari Guru Nasional yang diselenggarakan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag DIY, Mahasiswa Bimbingan dan Konseling UPY tampil sebagai “ilmuwan muda” memamerkan hasil racikan media bimbingan dan konseling yang tak cuma atraktif, tetapi juga berakar pada teori psikologi dan data kebutuhan pengguna. Di bawah bimbingan Rizki Erdiantoro, M.Pd., dosen pengampu Media BK mengupayakan mahasiswanya berproses dari planning hingga action sampai akhirnya tampil dalam Expo Media BK UPY 2025 sebagai bukti bahwa pembelajaran tak berhenti dalam kelas. Ia menjadi produk yang bisa disentuh, dimainkan, bahkan dialami secara emosional oleh calon pengguna yakni para guru, konselor, dan pemangku pendidikan lainnya.
Di barisan depan, pengunjung disambut keragaman karya mahasiswa kelas A2 angkatan 2022. Ada media konkret yang penuh warna, media digital yang interaktif, dan media hybrid yang menggabungkan sentuhan fisik dan teknologi. Setiap stand tampak seperti magnet kecil yang menyedot kunjungan: penuh poster, gerak dinamis, dan tampilan yang serba mencolok. Tapi ini bukan pameran gimmick.
Di balik setiap media yang ditampilkan, ada riset pengguna, asesmen kebutuhan, dan landasan teori psikologis yang disusun penuh ketekunan.
Tangis, Tawa, dan Terapi dalam Ruang Expo
Beberapa media bahkan menghadirkan pengalaman emosional yang tak terduga.
Yang paling menyedot perhatian adalah Silent Room sebuah ruang kontemplasi yang hening sekaligus menghantam perasaan. Pengunjung duduk, diterpa audio reflektif, dan keluar dengan mata sembap. “Ruang ini bikin saya ketemu diri sendiri,” gumam salah satu pengunjung yang tampak masih mengusap air mata.
Ada juga Jembatan Kepercayaan Diri, permainan reflektif yang mengajak pengunjung menyusun stick es krim sebagai susunan jembata sambil mengungkap emosi terdalam.
Di sudut lain, Pop Up Book RIASEC membuka jalan bagi siswa mengenal bakat-minat karier sambil menikmati estetika visualnya.
Bagi yang ingin “pedas-pedas manis” secara emosional, hadir SEBLAK CURHAT media digital tempat siswa bisa meluapkan keresahan tanpa takut dihakimi.
Mereka yang ingin bernostalgia, bisa mencoba permainan digital jadul yang telah dimodifikasi menjadi instrumen pemetaan emosi. Sedangkan sebuah Mesin ATM Belajar menggelitik pengunjung: mesin yang hanya mengeluarkan strategi fokus, bukan uang tunai.
Di ruang audio terapi, pengunjung bisa duduk, memejam, dan larut dalam gelombang suara yang menenangkan. “Kayak dipeluk,” komentar seorang guru selepas mendengarnya.
Dan itu baru sebagian kecil. Masih banyak media lain yang tersebar memenuhi auditorium, masing-masing membawa misinya membantu konseli menemukan potensi sekaligus menurunkan kadar masalah yang selama ini membayangi keseharian siswa.
Kampus Berdampak, Mahasiswa Berkarya
Expo Media BK 2025 menjadi ruang pamer dari filosofi kampus berdampak: pembelajaran harus nyata, aplikatif, dan terlihat kontribusinya bagi dunia kerja. Mahasiswa tidak hanya belajar membuat media, tetapi belajar memahami manusia dan mewujudkannya melalui karya berbasis akademik.
Di antara gema perayaan Hari Guru Nasional, expo ini menjadi pengingat bahwa inovasi pendidikan tidak lahir dari seminar besar, tetapi dari ruang-ruang kecil tempat mahasiswa bereksperimen, salah, memperbaiki, lalu mencoba lagi. Sampai jumpa di Expo Media BK selanjutnya dengan karya yang tentu akan lebih mutakhir, lebih relevan, dan lebih sejalan dengan perkembangan psikologi pendidikan Indonesia.













